Acceptance
Seorang
gadis belia duduk menanti seorang pria yang berjanji untuk menemuinya hari ini.
Jika dilihat orang, gadis ini memang berparas cantik tetapi ada kalanya
sikapnya menjadi seorang yang jutek, galak, dan tidak dapat didekati. Hari itu
sang pria dating sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Ia turun dari
angkutan dan menggenakan baju seadanya yang menurut sang gadis tidak layak
untuk dipakai.
Gadis
ini, sebut saja namanya Fillia. Ia memiliki standard tersendiri dalam memilih
pasangan serta penampilan fisik pasangannya. Sebuah kesalahan fatal ketika pria
tersebut memakai baju yang menurut Fillia sudah lusuh. Ia turun dengan santai
dan menjabat tangan Fillia. Sekita itu juga di dalam hati dan pikiran Fillia
telah menolak pria tersebut. Akan tetapi perasaan kesepian dan kosong begitu
mendominasi hidupnya yang dianggap orang sempurna.
Fillia
memang pintar, cantik, dan terpandang. Banyak pria yang mencoba mendekatinya.
Hasrat ingin mengisi kesepian begitu mendominasi hatinya sehingga ia tak kuasa
menolak pria tersebut mentah-mentah. Sambil mengulur waktu, hubungan mereka
berkembang. Fillia mendapatkan apa yang ia mau, sampai suatu titik penolakan
itu lebih kuat dari hasrat kesepiannya. Ia akhirnya menolak pria malang
tersebut. Fillia memacu dirinya untuk mencari pria yang lebih baik lagi secara
fisik.
Singkat
cerita, ia bertemu dengan seorang pria tampan dan berani menggoda dia. Pada
dasarnya, ia menghargai pria yang bisa masuk secara tepat dalam kehidupannya.
Semuanya terlihat begitu sempurna. Ia mengenalkan pria tersebut pada seorang yang
dianggapnya dapat dipercaya. Orang tersebut meragukan pria tampan ini karena
preingainya. Fillia juga menggenalkan pria ini pada keluarganya. Semua berjalan
dengan baik, namun peringai kasar dari pria ini mulai tampak. Belum Fillia
menerimanya sebagai pasangan ia melihat bahwa pria ini kasar.
Sekali
lagi, Fillia harus patah hati. Pria demi pria telah banyak ia temui dengan
kisah yang hampir serupa dalam hidupnya. Dalam hitungan minggu/ bulan, Fillia
dapat menggandeng calonnya. Tetapi semuanya tidak pernah berlanjut ke jenjang
pacaran. Fillia merasa dirinya tidak berharga dan tidak dapat diterima. Sebenarnya,
kemelut apa yang ada dalam diri Fillia?
Berawal
dari kisah masa kecilnya. Fillia memang pandai namun jika Fillia mendapakan
nilai dibawah 80, ibunya selalu memarahinya dan berkata bahwa Fillia tidak
maksimal. Ia seharusnya mendapatkan 100 seperti anak teman ibunya. Fillia kecil
merasa tertolak dan gagal jika ia tidak dapat maksimal. Perasaan dan pemikiran
ini terus ia bawa sampai ia dewasa.
Terlebih
lagi sewaktu SD, teman-teman wanita Fillia selalu memusuhi dia. Entah apa alasan
mereka, mungkin karena iri atau hal lainnya. Fillia sekalagi tertolak. Bagi
dia, jika orang tidak mengakui kehebatannya atau kelebihannya berarti ia tidak
berguna. Ia berusaha terus memacu prestasinya. Ditengah-tengah, Fillia
dipindahkan ke SD yang lebih bergengsi. Ia berharap teman-teman di SD baru
lebih baik dan menerima dia. Memang mereka menerima Fillia karena Fillia masuk
TK yang sama dengan SD barunya saat ini. Di lain pihak, ketika Fillia hendak
masuk sekolah tersebut, kepala sekolahnya pernah berkat, “ Sudah dapat
mengikuti saja sudah bagus. Tidak perlu muluk-muluk ingin rangking.” Ia merasa tertolak sekali lagi.
Kata-kata
itu terus membayangai Fillia. Ia memacu dirinya lebih keras lagi agar ia dapat
diakui. Ia ingin semua orang yang pernah menolak dia tahu apa yang dapat ia
kerjakan. Ia akan merasa sangat puas ketika orang yang mencela atau
meragukannya mengakui kehebatannya. Hidupnya selalu dibwah bayang-bayang
penolakan atau penerimaan. Ia memakai semua kedok prestasi untuk membuktikan
bahwa mereka salah. Ia lulus menjadi salah satu lulusan terbaik sekolah
tersebut.
Saat
SMP, Fillia masuk ke sekolah yang lebih berkualitas. Ia menghadapi atu geng
yang sengaja mengerjai dia. Ketua geng dan anggotanya mengitimidasi Fillia. Di
hadapan mereka, Fillia tetap tegar. Ketika pulang, hatinya tertekan karena ia
tidak berani bercerita pada ibunya karena ibunya pasti memarahi dia lagi karena
tidak melawan atau melapor pada guru.
Intimidasi
itu selesai setalh 1 minggu, tangis dan bebannya meledak di rumah. Fillia
bercerita pada ibunya. Ibunya hanya merangkulnya dan bertanya pada Fillia,
kenapa Fillia tidak cerita. Fillia kehabisan kata-kata. Ia merasa lemah
dihadapan ibunya saat itu. Fillia hanya diam dan menangis. Peristiwa dengan
geng itu membuatnya sekali lagi berada dalam posisi tertolak. Saat SMP, ada
seorang pria yang jatuh hati pada Fillia yang saat itu sangat gemuk dan jelek.
Ketika, ia tahu ada seorang pria tampan jatuh hati padanya, ia merasa sangat
diterima. Ia berusaha memperbaiki diri, namun pada akhirnya mereka harus
berpisah juga. Fillia merasa “ketagihan” dengan perasaan penerimaan itu.
Ia
juga punya standard minimum, yaitu pria yang dekat dengan dia harus sama dengan
pria tersebut atau lebih. Ia tidak tenang tanpa adanya acceptance itu. Ia
bergumul sampai ia dewasa. Ia selalu mecari kasih yang semu itu. Buat Fillia,
Tuhan Yesus mati buat semua orang. Tidak ada bagian yang special buat Fillia.
Ia merasa kurang dengan kasih Tuhan. Sampai suatu titik, Fillia merasa lelah
dengan semua kisah cintanya. Ia mendengarkan kisah orang yang hidupnya lebih
kelam dari dirnya. Ia tahu bahwa Tuhan menerimanya dan tak ada kasih yang
benar-benar sejati kecuali dari Tuhan..
Hari itu menjadi titik pandang baru
baginya dan tahu bahwa yang special adalah dirinya. Ia diciptakan berharga,
Tuhan memilih dia. SEMUA BEBAN,KEKECEWAAN,PENOLAKAN HILANG DARI DIRINYA. Ia
tahu sekarang bahwa dirinya berharga. Pria bukanlah segalanya dan bukanlah
tolak ukur penerimaanya lagi saat ini. SETIAP KITA ADALAH BERHARGA DI MATA
ALLAH dan IA MENERIMA KITA APA ADANYA! Datanglah padanya apabila Anda sedang
bergumul dalam masalah yang sama seperti Fillia. Temukan kasihNya yang sejati.
Ia menunggu Anda saat ini. Ia menunggu Anda dan saya.
Jangan ada lagi kekhawatiran,
ketakutan, kecemasan, rendah diri, dan semua hal yang bukan dari Tuhan dalam
diri kita. Tuhan Yesus memberkati J