Just come back from a long journey :p
Tema ku kali ini adalah mimpiku yang jadi nyata... Dari aku kecil, aku sudah memiliki sebuah nazar, ikrar, mimpi, janji atau apapun sebutannya. Hal itu agak sedikit ku sesali memasuki masa SMP, sepertinya Tuhan menutup jalan untuk orang-orang yang mencintaiku. Hubungan kami hanya berlangsung sampai PDKT. Tak pernah ada jawaban iya yang aku lontarkan.
Memasuki masa SMA, aku mulai kesal dan sedih ketika lagi-lagi sepertinya Tuhan tutup jalan. Nazar telah terucap, janji, dan mimpi tak dapat kutarik lagi. Terlanjur rasanya untuk berhenti di tengah jalan. Dengan idealisme yang tinggi aku melanjutkan hidup dan berusaha mengubur dalam-dalam keinginanku untuk memiliki pasangan. ku fokuskan diriku untuk belajar dan terus belajar. Godaan tentu banyak, tapi tak ku hiraukan.
Menapaki bangku kuliah, kurasa ini adalah saat yang tepat untuk membangun hubungan spesial. Tetapi kegagalan demi kegagalan terus ku temui. Hingga lelah hati ini mengapai asa yang melambung tinggi. Seringkali aku bersikap nekat dan aku tidak perduli akan kehendak Tuhan. Aku merasa Tuhan tidak adil, ak melihat teman-temanku yang memiliki pasangan sedangkan aku tidak.Tapi jalan tidak pernah terbuka untuk orang yang tidak tepat. Belum lagi pertanyaan sinis dari sanak saudara yang menanyakan mengenai kapan punya pacar? Oh Tuhan, rasanya aku ingin menghilang ditelan bumi
Kehampaan hati lebih terasa lagi ketika memasuki masa kerja awal. Rasanya aku sudah menjadi ratu bagi duniaku tapi dimana Raja untuk hatiku. Seolah tak kurang, aku sempat dengan seorang pria yang bahkan sudah datang menemui orang tuaku. Rasanya aku tak perlu lagi tanya Tuhan, yang penting aku mau dia. Tetapi karena bukan dia yang terbaik tetap Tuhan menjauhkannya dariku.
Memasuki tahun ketiga aku bekerja(23,5 tahun) aku lebih tenang dan berusaha tegar, terlebih aku dipercaya untuk memegang kelas yang akan segera menghadapi UN. Menjadi walikelas 9 bukanlah hal yang mudah, banyak yang harus diurus. Di hari terakhir sebelum tahun ajaran 2013/2014 berakhir aku sempat bersyukur pada Tuhan, karena aku akan merasa sangat terbeban dengan adanya pasangan. Aku hanya berharap akan mempunyai pasangan di saat yang tepat. Tahun ajaran pun berganti, seseorang hadir dan aku hampir saja memilihnya.
Tepat disaat yang nyaris bersamaan, aku merasa bukan dia yang tepat (sebut saja H).Untuk apa aku melajang selama 23,5 tahun dan nekat dengan orang yang tidak tepat. Di hari yang sama dimana aku melepaskannya, aku menjalin komunikasi dengan seorang teman lama yang juga adalah mantan pacar dari sahabatku(sebut saja N). Di saat yang sama, aku merasa apakah dia adalah yang terbaik? Hatiku seolah berkata, sepertinya dia yang terbaik. Pikiranku, kutepis jauh-jauh karena dia baru saja putus. Dan apakah pantas?
Singkat cerita, hubungan kami semakin dekat. Tak ada gelora asmara yang menggebu, hanya ada perjalanan yang terus dipertahankan ketika menghadapi badai dan jalan-jalan yang penuh dengan bebatuan tajam. Oh Tuhan, aku merasa tersiksa dengan perjalanan ini. Tapi kami terus bertahan. Satu titik, aku mengenalkan H dengan N. Saat aku kemukakan bahwa aku sedang dekat dengan mantannya, dia sempat marah. Tetapi pada akhirnya H dengan N bersatu(pacaran). Aku masih dalam status "digantung" hahaha..
Pada akhirnya, hari "penentuan" tiba. Aku dibawa ke Bandung untuk berkenalan dengan mamanya. Hari itu tanggal 19 Desember 2014, secara mendadak ia memintaku untuk berangkat dan menginap di Bandung. Tanggal 20 Desember 2014 sore,kami pulang. Sepanjang di Bandung dan perjalanan, ia sering menyentuhku mesra.. tapi kami masih sadar semua norma dan etika. Tanggal 21 Desember, kepala kami saling bersandaran di bioskop.
Tanggal 22 Desember 2014, ia memintaku untuk berkomitmen dengannya dan aku berikan surat penerimaan yang sudah aku siapkan sebelumnya. Saat itu, aku tahu bahwa Tuhan yang membuka jalan kami berdua. He is my first and my last... Love you to the moon and back my Charming Prince, Mr.Welly..you are my best.
Thank you Lord, for guide us this far..
No comments:
Post a Comment