Belakangan ini yang sedang marak terjadi adalah kasus kebakakaran, bunuh diri, free sex, pemberontakan dan banyak hal lainnya yang tentu telah membuat senang Iblis. Kebakaran dan kekeringan yang terjadi di beberapa tempat dan tak terluput Ibu Kota Jakarta merupakan sebuah kasus yang terjadi karena faktor alam ataupun ketidaksengajaan. Hal ini tak dapat kita elakkan dan hindari, akan tetapi ada beberapa hal yang terus membuat hati saya terusik terutama sebagai Guru dari siswa-siswi SMP dan SMA. Kasih sayang semakin luntur di berbagai kalangan baik remaja, dewasa muda, sampai lansia.
Apabila kita melihat ke belakang banyak sekali perbedaan yang telah terjadi selama ini, dulu ketika saya SMP, apabila saya mendapatkan nilai merah saya akan berjuang dengan lebih baik lagi dan menyadari apa yang menjadi kesalahan saya tanpa saya berani menyalahkan Guru saya. Mendapatkan ulangan lebih dari 2 dalam sehari? Itu pun hal biasa dan membuat pribadi saya menjadi pribadi yang tangguh.
Namun bila kita bandingkan dengan tahun 2012, para remaja memiliki daya juang yang sangat lemah. Tak sedikit remaja yang hanya merasa stress apabila mendapatkan nilai merah tanpa melakukan suatu upaya perbaikkan. Apabila kita melihat lebih dalam, ada beberapa akar masalah yang sebenarnya sama dari dulu sampai saat ini. Sama seperti bakteri yang terkena antibiotik dan tidak dituntaskan akan semakin kebal, begitu pula yang terjadi pada zaman ini. Akar masalah yang diturunkan dari generasi ke generasi tak pernah diputuskan tetapi malah diulangi dengan lebih parah. Hasilnya dari masalah itupun akan termanifestasikan dengan lebih parah. Pemberontakan, free sex, dan bunuh diri adalah hasil dari akar-akar masalah tersebut. Apa sajakah yang menjadi akar masalahnya?
1.Kurangnya perhatian dari orang tua
2.Pola asuh yang salah
3.Kontrol orang tua
4.Pergaulan
Ke-empat masalah diatas bukankah menjadi sorotan yang terus menerus ada dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, dan dari tahun ke tahun.
1.Kurangnya perhatian dari orang tua
Seorang anak yang dibesarkan dengan tanpa figur ayah dan kurangnya cinta kasih dari kedua orang tuanya akan terjerumus dalam kesenangan pribadi/ego ataupun mencari perhatian di luar lingkungan keluarga. Ketika anak tersebut beranjak dewasa, ada sebuah siklus yang mungkin akan ia lewati yang disebut pernikahan. Selama masa pertumbuhannya dia tak mengenal seperti apa cinta kasih yang benar yang harusnya diberikan oleh kedua orang tuanya, ketika ia dewasa, ia pun tak akan mengerti bagaimana ia harus memberikan cinta kasih yang benar pada anak-anaknya. Siklus yang sama akan tetap terjadi jika ia tak mengenal kasih yang sejati. Sebagai seorang pendidik, kita memiliki peran bukan hanya sebagai guru namun juga sebagai orang tua mereka di sekolah. Ketika mereka tak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup di rumah, kita memiliki kesempatan untuk membuat mereka merasa diperhatikan dan dikasihi. Tentu kita pun perlu merangkul orang tua agar dapat bekerja sama dengan kita. Rantai itu harus terputus setidaknya pada anak didik yang kita ajar. Remaja yang hancur akan menghasilkan remaja yang hancur pula jika mereka tak pernah dipulihkan. Kasih Bapa, dan Yesus Kristus telah membuat kita umat Kristiani dapat pulih kembali, kasih yang sama yang dapat kita berikan kepada mereka yang membutuhkan.
2.Pola asuh yang salah
Ada 4 pola asuh orang tua pada anak-anaknya. Otoriter,Permissive,Demokratis, dan Neglectful.
Pola asuh yang ideal adalah pola asuh demokratis/authoritative, pola asuh seperti ini memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih namun tetap dalam tuntunan orang tua. Kesibukan orang tua mewarnai zaman ini. Terlebih parah mereka mendidik anak secara neglectful tetapi memberikan standard yang tinggi kepada anak. Hal ini membuat tekanan pada generasi ini semakin berat. Bayangkan jika Anda berada pada posisi dimana Boss Anda meminta Anda mengerjakan segala hal sempurna tanpa ia mau membantu Anda dan menjelaskan dengan jelas apa yang harusnya Anda kerjakan dan apa yang tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukankah ini membuat Anda sangat tertekan? Dalam dunia pekerjaan,jika Anda tidak cocok dengan Boss Anda, Anda dapat mengundurkan diri, namun bagaimana dengan keluarga? Anak tak dapat memilih di keluarga mana ia akan dilahirkan. Kaum orang tua, mengerti caranya "bersenang-senang" tanpa berpikir bagaimana membesarkan buah yang terlahir. Kondisi seperti ini membuat generasi yang terlahir bertambah parah dari zaman ke zaman. Perhatian yang cukup dan pola asuh yang benar saja tak menjamin bahwa anak-anak zaman ini terbebas dari godaan yang zaman ini tawarkan pada mereka, apalagi tanpa adanya perhatian serta pola asuh yang benar.
3.Kontrol orang tua
Hal ini adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam mendidik anak, terkadang orang tua yang merasa telah memberikan perhatian penuh kepada anaknya melepaskan kontrol terhadap anaknya. Mereka menganggap bahwa mereka telah memberikan perhatian dan anak mereka dapat di percaya. Dulu saja hal ini sering dimanfaatkan sebagian pelajar. Mereka berlaku baik di hadapan orang tua lalu orang tua merasa senang dan memberikan kepercayaan penuh pada anak. Lantas, apa yang terjadi? Pernahkah saat Anda masih sekolah para murid pencinta komik bercerita dengan sangat senang atas "penipuan" yang mereka lakukan atas orang tuanya? Mereka diberi kepercayaan untuk belajar dalam kamar sendiri ternyata yang dikerjakan adalah membaca komik. Itu saat saya masih SMP/A, sekarang? Teknologi dan media semakin berkembang, apa yang anak Anda kerjakan saat mereka diberikan kepercayaan penuh tanpa adanya kontrol? Kontrol yang dimaksudkan disini adalah kontrol dengan kasih persahabatan. Bangun persahabatan dengan mereka, berikan mereka kepercayaan pada area-area dimana mereka aman. Jangan sekali-kali membiarkan mereka sendiri di zona yang tidak aman. Contoh: Komputer/Laptop dengan akses tanpa batas di berikan kepada anak di kamarnya. Pornografi mengancam anak Anda secara agresif pada zaman ini.
4.Pergaulan
Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Ketiga hal diatas tak akan sempurna tanpa pergaulan yang baik. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menempatkan anak pada pergaulan yang baik ataupun mencegah perkembangan zaman. Tak ada yang dapat kita lakukan untuk itu, yang dapat kita lakukan adalah menjadi sahabat mereka. Ketika mereka dapat mempercayai kita, kita dapat membantu mereka menentukan komunitas mana yang baik dan bagaimana mereka dapat mengatasi perkembangan zaman ini...
Terlebih dari pada semuanya itu kenalkan anak Anda pada iman yang benar sedini mungkin. Anak yang memiliki SQ yang baik akan mendukung perkembangannya dengan lebih baik. Let's transform this generation by changing our point of view and take action... Jangan biarkan generasi ini semakin terperosok pada pornografi, narkoba, free sex, dan depresi ataupun bunuh diri...Gbu all
Terlebih dari pada semuanya itu kenalkan anak Anda pada iman yang benar sedini mungkin. Anak yang memiliki SQ yang baik akan mendukung perkembangannya dengan lebih baik. Let's transform this generation by changing our point of view and take action... Jangan biarkan generasi ini semakin terperosok pada pornografi, narkoba, free sex, dan depresi ataupun bunuh diri...Gbu all
nice sist, selalu tanamkan hal-hal yang membangun pada anak didik dan generasi muda yah..semangat
ReplyDelete