Thursday, December 27, 2012

Kisah Melvin

      Mungkin mudah bagi kita mengucap syukur dikala Tuhan memulihkan keadaan kita. Memberikan apa yang kita inginkan atau menjawab pergumulan kita. Namun bagaimana jadinya apabila kita berada dalam posisi Melvin. 
           Melvin adalah seorang ayah dari 2 Orang anak yang berada di Batam. Giginya somplak dan bergesekan dengan lidahnya dan menimbulkan sariawan. Sariawan nya tidak kunjung sembuh dan ternyata yang didapatinya adalah kanker lidah. Ia akhirnya dioperasi dan diradiasi. Sesaat kondisinya pulih namun kabar buruk kembali menerpa keluarga Melvin ini. Kankernya bermetafisis menjadi kanker kelenjar getah bening yang ganas. Ditengah kesakitannya ia tetap bersaksi bahwa Yesus baik.
     Melvin adalah sosok yang mengenal Tuhan secara benar. Ia tetap bersyukur disaat keadaanya tidak baik. Ia tetap mengerahkan sisa tenaga terakhirnya dengan mengacungkan jempolnya untuk menunjukan bahwa Yesus baik. Baginya jika ia disembuhkan kemuliaan bagi Tuhan dan mati adalah keuntungan. 
         Kebaikan Tuhan dapat dinyatakan bukan hanya lewat kehendak kita. Ketika kita diberi kekuatan saat menghadapi masalah itu juga merupakan berkat dari Tuhan. Kita perlu mengerti bahwa kehendak Tuhan dan rancangan-Nya adalah yang terbaik bagi kita. Untuk apa hidup yang diperpanjang jika hidup kita bukan untuk kemuliaan-Nya dan bahkan memisahkan kita dari-Nya.

Tuesday, September 25, 2012

Sinful Nature


Can anyone in this world claim that he/she never fall into sin? Can anyone claim that he/she is a perfect being? I guess the answer will say no... Only God's perfect. I'm not a perfect person too, I know that many sins inside me that have to be clear up. Sometimes, I fell that I'm not "holy" enough to come to God and said, "Lord, I was fall." Inside my heart, the devil said to me, "You don't have to come to God anymore. He is too far outside there." I ever heard the devil's voice in my university life. My relationship with God became dry and dead until I realized that My God came to this earth to save the one that weak, sick, sinful, and want to be saved. He didn't come for those who think that they already righteous. He came to save me and to save you. Maybe we made many mistakes and keep falling into sin, but in that time, shout his name, come with a humble heart and confess your weaknesses (mistakes/sins). He will lead you back home. Here I attached a video that show, we as a human being sometimes want to fulfill our wants before we think it is pleasing to God or not. In the end, He still waits for us to come back... 


Or in your struggle, maybe you want to make him sad. You make sins in your consciousness, you willingly fall into sins. I also ever did it. I felt at that time, God was not just to me. A human, His creation should not ask this kind of question actually. We are his creation, but as we are sinful nature, we ask God and feel our life is full with injustice. If we can live today, it is because of His mercy. Why we have to blame God about our suffering. Back to the topic of Conscious sins, at that time, I just came to God with brokenhearted. I say sorry to God because I was made Him sad, especially Holy Spirit (The one that God given to us as the replacement of Jesus in this world along our lives). You and me, we never be perfect but one thing that we should trust. If we come to Him, humbly bow down, confess our sins, He will heal us and He stretched His arm wide open and says, "My Child, you are worth to be loved, I love you, never go away anymore. You are my precious one." I attached a video about God's love to us... 



Monday, September 10, 2012

Senior High School-Now


After a long time, I have promised to share my story to all of you about my life, now is the time. My 11th grade, I choose social class rather than science one. My teachers encouraged me to choose science class, my English teacher said to me, “Just go to science class, and sit there for one week. If you feel uncomfortable, you can go back to social class.” But in the deep of my heart and mind, I already made decision and no one can change my mind.
I’m not a stupid students neither lazy one. I just want to develop my talents outside the school. I want to prove that social students can make proud for school. I also don’t like hard competition; more over compete to bad scores… My school is a high standard school, they set high expectation to their student especially science one. Me, myself don’t like it. I always want to have good scores and in the same time get many achievements.

XI IPS 3

I prove it to my school, I can become a delegation from my school to join Model of United Nations held by UNPAR, I became quarter finalist of Aloysius Debate Competition, 3rd Winner for Speech Contest held by SMAN1 Bogor, First winner of Gonzaga Debate Competition, 4th winner of National Economics Olympics held in Trisakti.

GONZAGA DEBATE
 GONZAGA DEBATE 
PMUN 2007


QUIZ UUD-MPR RI


Economics Competition



















In the same time I can improve my rank from 10th Grade until 12th Grade. In the 10th grade I became 5th rank of the class.
 In the 11th grade I became 3rd rank of the class and in the end of 12th Grade I became 1st rank of the class.
In the senior high school, I didn’t really mind about partner in life because I have a principle that I have to focus on my study, if someone is my true love, he will never go away from my life. Until now I still waiting my true love form God. I want he is my first and my last.
REGINA PACIS BOGOR ALUMNI 2008
In the beginning of my twelfth grade, all of my friends busy to search university they want to join with. I came from simple family, my parents didn’t have enough money to let me enter to the university. I start to worry about it but I learnt to lean my future in God’s hand. The day after I prayed, my school start to announce Scholarships, the first one is UNPAR. UNPAR is one of fame and favorite university in Bandung. I applied to UNPAR, they gave me PMDK, 30% discount for regular payment. I have to pay 17 million at that time without voluntary donations. The second one I got full scholarship from ITHB, SI Program without test. My teachers also offered me some scholarship from Japan, Singapore, and America. The third one, I also got 50% scholarship at Trisakti. The last one was UPH scholarship for Teacher College.
RECIS ALUMNI 2008







ITHB SCHOLARSHIP
At that time I really asked God to show me which one is the best. Finally, God guide me to choose UPH in the end. As the only one child in the family, it was hard for me to stay in the dormitory. I have to adapt with my new environment. Over all, it was a good experience to study and stay there. My characters were changed a lot. Thanks God for it. 
UPH-TC ALUMNI 2008-2012

That’s all form my “school” life. What about you? May my story can be a blessing for my friends J


 Now I serve as a multimedia girl in GMS Favour satellite and I also serve as a Full Time Teacher at SDH Daan Mogot J
Multimedia Girl  J
Ms.Priska



Saturday, September 8, 2012

My Concern

          Belakangan ini yang sedang marak terjadi adalah kasus kebakakaran, bunuh diri, free sex, pemberontakan dan banyak hal lainnya yang tentu telah membuat senang Iblis. Kebakaran dan kekeringan yang terjadi di beberapa tempat dan tak terluput Ibu Kota Jakarta merupakan sebuah kasus yang terjadi karena faktor alam ataupun ketidaksengajaan. Hal ini tak dapat kita elakkan dan hindari, akan tetapi ada beberapa hal yang terus membuat hati saya terusik terutama sebagai Guru dari siswa-siswi SMP dan SMA. Kasih sayang semakin luntur di berbagai kalangan baik remaja, dewasa muda, sampai lansia.
          Apabila kita melihat ke belakang banyak sekali perbedaan yang telah terjadi selama ini, dulu ketika saya SMP, apabila saya mendapatkan nilai merah saya akan berjuang dengan lebih baik lagi dan menyadari apa yang menjadi kesalahan saya tanpa saya berani menyalahkan Guru saya. Mendapatkan ulangan lebih dari 2 dalam sehari? Itu pun hal biasa dan membuat pribadi saya menjadi pribadi yang tangguh. 
           Namun bila kita bandingkan dengan tahun 2012, para remaja memiliki daya juang yang sangat lemah. Tak sedikit remaja yang hanya merasa stress apabila mendapatkan nilai merah tanpa melakukan suatu upaya perbaikkan. Apabila kita melihat lebih dalam, ada beberapa akar masalah yang sebenarnya sama dari dulu sampai saat ini. Sama seperti bakteri yang terkena antibiotik dan tidak dituntaskan akan semakin kebal, begitu pula yang terjadi pada zaman ini. Akar masalah yang diturunkan dari generasi ke generasi tak pernah diputuskan tetapi malah diulangi dengan lebih parah.  Hasilnya dari masalah itupun akan termanifestasikan dengan lebih parah. Pemberontakan, free sex, dan bunuh diri adalah hasil dari akar-akar masalah tersebut. Apa sajakah yang menjadi akar masalahnya?

1.Kurangnya perhatian dari orang tua
2.Pola asuh yang salah
3.Kontrol orang tua
4.Pergaulan 

Ke-empat masalah diatas bukankah menjadi sorotan yang terus menerus ada dari zaman ke zaman, dari generasi ke generasi, dan dari tahun ke tahun.

1.Kurangnya perhatian dari orang tua
Seorang anak yang dibesarkan dengan tanpa figur ayah dan kurangnya cinta kasih dari kedua orang tuanya  akan terjerumus dalam kesenangan pribadi/ego ataupun mencari perhatian di luar lingkungan keluarga. Ketika anak tersebut beranjak dewasa, ada sebuah siklus yang mungkin akan ia lewati yang disebut pernikahan. Selama masa pertumbuhannya dia tak mengenal seperti apa cinta kasih yang benar yang harusnya diberikan oleh kedua orang tuanya, ketika ia dewasa, ia pun tak akan mengerti bagaimana ia harus memberikan cinta kasih yang benar pada anak-anaknya. Siklus yang sama akan tetap terjadi jika ia tak mengenal kasih yang sejati. Sebagai seorang pendidik, kita memiliki peran bukan hanya sebagai guru namun juga sebagai orang tua mereka di sekolah. Ketika mereka tak mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang cukup di rumah, kita memiliki kesempatan untuk membuat mereka merasa diperhatikan dan dikasihi. Tentu kita pun perlu merangkul orang tua agar dapat bekerja sama dengan kita. Rantai itu harus terputus setidaknya pada anak didik yang kita ajar. Remaja yang hancur akan menghasilkan remaja yang hancur pula jika mereka tak pernah dipulihkan. Kasih Bapa, dan Yesus Kristus telah membuat kita umat Kristiani dapat pulih kembali, kasih yang sama yang dapat kita berikan kepada mereka yang membutuhkan.

2.Pola asuh yang salah
Ada 4 pola asuh orang tua pada anak-anaknya. Otoriter,Permissive,Demokratis, dan Neglectful.
Pola asuh yang ideal adalah pola asuh demokratis/authoritative, pola asuh seperti ini memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih namun tetap dalam tuntunan orang tua. Kesibukan orang tua mewarnai zaman ini. Terlebih parah mereka mendidik anak secara neglectful tetapi memberikan standard yang tinggi kepada anak. Hal ini membuat tekanan pada generasi ini semakin berat. Bayangkan jika Anda berada pada posisi dimana Boss Anda meminta Anda mengerjakan segala hal sempurna tanpa ia mau membantu Anda dan menjelaskan dengan jelas apa yang harusnya Anda kerjakan dan apa yang tidak. Dalam kondisi seperti ini, bukankah ini membuat Anda sangat tertekan? Dalam dunia pekerjaan,jika Anda tidak cocok dengan Boss Anda, Anda dapat mengundurkan diri, namun bagaimana dengan keluarga? Anak tak dapat memilih di keluarga mana ia akan dilahirkan. Kaum orang tua, mengerti caranya "bersenang-senang" tanpa berpikir bagaimana membesarkan buah yang terlahir. Kondisi seperti ini membuat generasi yang terlahir bertambah parah dari zaman ke zaman. Perhatian yang cukup dan pola asuh yang benar saja tak menjamin bahwa anak-anak zaman ini terbebas dari godaan yang zaman ini tawarkan pada mereka, apalagi tanpa adanya perhatian serta pola asuh yang benar.

3.Kontrol orang tua
Hal ini adalah salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam mendidik anak, terkadang orang tua yang merasa telah memberikan perhatian penuh kepada anaknya melepaskan kontrol terhadap anaknya. Mereka menganggap bahwa mereka telah memberikan perhatian dan anak mereka dapat di percaya. Dulu saja hal ini sering dimanfaatkan sebagian pelajar. Mereka berlaku baik di hadapan orang tua lalu orang tua merasa senang dan memberikan kepercayaan penuh pada anak. Lantas, apa yang terjadi? Pernahkah saat Anda masih sekolah para murid pencinta komik bercerita dengan sangat senang atas "penipuan" yang mereka lakukan atas orang tuanya? Mereka diberi kepercayaan untuk belajar dalam kamar sendiri ternyata yang dikerjakan adalah membaca komik. Itu saat saya masih SMP/A, sekarang? Teknologi dan media semakin berkembang, apa yang anak Anda kerjakan saat mereka diberikan kepercayaan penuh tanpa adanya kontrol? Kontrol yang dimaksudkan disini adalah kontrol dengan kasih persahabatan. Bangun persahabatan dengan mereka, berikan mereka kepercayaan pada area-area dimana mereka aman. Jangan sekali-kali membiarkan mereka sendiri di zona yang tidak aman. Contoh: Komputer/Laptop dengan akses tanpa batas di berikan kepada anak di kamarnya.  Pornografi mengancam anak Anda secara agresif pada zaman ini. 

4.Pergaulan
Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Ketiga hal diatas tak akan sempurna tanpa pergaulan yang baik. Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menempatkan anak pada pergaulan yang baik ataupun  mencegah perkembangan zaman. Tak ada yang dapat kita lakukan untuk itu, yang dapat kita lakukan adalah menjadi sahabat mereka. Ketika mereka dapat mempercayai kita, kita dapat membantu mereka menentukan komunitas mana yang baik dan bagaimana mereka dapat mengatasi perkembangan zaman ini...

Terlebih dari pada semuanya itu kenalkan anak Anda pada iman yang benar sedini mungkin. Anak yang memiliki SQ yang baik akan mendukung perkembangannya dengan lebih baik. Let's transform this generation by changing our point of view and take action... Jangan biarkan generasi ini semakin terperosok pada pornografi, narkoba, free sex, dan depresi ataupun bunuh diri...Gbu all

Thursday, September 6, 2012

Me and my journey

              A question come into my life? AM I A TEACHER OR I JUST BECOME A TEACHER. My life is a simple life. I'm a Christian and the only one child of the family. My own story began when I entered into University life. Almost 17 years I lived with my parents in Bogor. All of their attention just for me. I enjoy my life without thinking about the future. I enjoy to become their child until I have to go to the university. In my high school, best students get many privilege to get many scholarship start from local to international. I'm one of them, but my parents couldn't support me financially to study abroad. 
        They couldn't give me money every month to pay for boarding house, so, even though I got scholarships without test, I couldn't continue my life in other city. Finally, I got scholarship to become a teacher. That university supported all of my needs including meals, dormitory, and academically. It was a hard journey for me. My friends in dormitory is my sharpers. All of the attention gone, the show light off. It took 4 years to shape me like me now. It was over when I felt so comfortable to be with them. I just graduated this year, to pay back my scholarship, I have to work for this foundation for 5 years. 
              Back then, I think it will be okay for me to work as a teacher for 5 years. I love to teach and I felt that God called me for this. A problem occurred, I couldn't find my mate here. Some of offer, ask me to go and do something else with my husband, if I marry him. In the other side, my parents getting older and they worried about my single status. My mom sick and what I want to do is to please her. Her hope is simple, I get some one that will love me like she loves me. I'm asking my self now. If I got some one that will make me his wife and take me to other city and I have to do other job. Am I rejected my calling? I love God but my second priority is my family not work. I want to make my mom and dad happy. I want to see them in my big day. 
                I wish I'm not in this situation but what I want to do, just see and watch carefully. Which way is open for me...

Monday, August 6, 2012

Yehezkiel 4, 
Pernahkah Anda terbayang untuk membakar roti Anda di atas kotoran manusia?
Saya mungkin memilih untuk berpuasa jika seperti itu adanya, akan tetapi Tuhan memerintahkan Yehezkiel untuk membakar rotinya diatas kotoran manusia untuk 395 dan 40 hari lamanya. Setelah melalui negosiasi akhirnya Tuhan mengijinkan Yehezkiel membakar rotinya di atas kotoran kerbau. Apa yang Anda bayangkan jika di posisi Yehezkiel? Apkah Anda akan menuruti Allah ataukah Anda akan memilih untuk meninggalkan kehendakNya. Pagi ini saya diajar bagaimana saya sebagai seorang guru masih tidak sempurna, tetapi sesulit apapun medan yang saya tempuh saya akan tetap berusaha hidup dalam kehendak dan panggilan Allah. Saya adalah seorang lulusan dari salah satu SMA ternama yang berkesempatan untuk meneruskan kuliah saya di tempat-tempat yang ternama pula. Akan tetapi saya memilih untuk menjadi seorang guru karena saya mau taat untuk mengikuti panggilan yang telah Tuhan berikan dalam kehidupan saya. Pagi yang cerah ini saya membawakan morning devotion mengenai Firman Allah adalah pelita dan terang bagi jalanku, hal itu cukup "menampar" saya karena jujur untuk kita mengenal akan Firman Tuhan adalah hal yang mudah dibandingkan dengan melaksanakannya. Hari-hari ini saya banyak diajarkan oleh iman, ketika kita berjalan dalam kehendak Allah, kita harus punya iman ketika kita menjalaninya. Pertanyaan yang muncul dalam benak saya adalah apakah saya benar sudah berjalan dalam kehendak Allah ataukah saya mulai berbelok kekanan dan kekiri... Hari ini saya mencoba untuk bergumul bukan dalam panggilan saya sebagai guru tetapi panggilan saya dalam hal yang lain. Lord, teach me how to find my other little c calling...Amen